free glitter text and family website at FamilyLobby.com

Tuesday, January 20, 2009

Anakku..jangan engkau persekutukan Allah

Perkara pertama yang diajar oleh Luqman kepada anaknya ialah jangan Syirik kepada Allah. Disebutkan di dalam wasiat ini,bahawa syirik kepada Allah adalah kezaliman yang amat besar. Mengapa? Kerana ia mengandungi syirik terhadap Rububiyatullah (Allah Yang Maha Berkuasa memelihara alam semesta ) dan syirik terhadap Uluhiyatullah (Tidak ada tuhan yang disembah melainkan Allah).

Meskipun syirik terhadap Uluhiyatullah lebih ringan dari syirik terhadap Rububiyatullah, akan tetapi Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang mati dalam hal demikian! Syirik sebesar-besar kezaliman. Zalim pula berarti meletakkan sesuatu bukan di tempat yang sepatutnya. Lagi sekali kita ingin mengajukan soalan. Mengapa syirik dikatakan zalim? Telah disepakati,bahawa Allah lah yang menciptakan makhluk semesta alam. Allah jua yang menurunkan nikmat. Adakah layak kita samakan kekuasaan Allah ini dengan sesuatu kuasa yang lain? Jika ada di kalangan manusia yang menyamakan kekuasaan Allah dengan kuasa yang lain maka ia telah melakukan kezaliman!!!

Allah sahaja yang layak disembah dan diagungkan kerna apa yang dilakukan-Nya itu tak mampu dilakukan oleh kuasa lain. Tetapi jika kuasa lain yang diagungkan,maka inilah kezaliman.Iaitulah meletakkan sesuatu bukan di tempat yang sepatutnya.............

"Wahai anakku....
Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang amat besar."

Adab di Hari Jum'at

Hari Jum’at adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rosululloh dan sahabatnya, bagaimana seharusnya menyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Alloh Ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam pada hari Jum’at :

1. Memperbanyak Sholawat Nabi

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, ”Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata :” Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah? Nabi bersabda:”Sesungguhnya Alloh mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jumat

Mandi pada hari jum’at wajib hukumnya bagi setiap muslim yang baligh berdasarkan hadist Abu Sa’id Al Khudri, dimana Rosululloh bersabda yang artinya, ”Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap orang yang baligh” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jum’at ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jum’at. Adapun tatacara mandi Jum’at ini seperti halnya mandi janabat biasa. Rosululloh bersabda yang artinya, “Barangsiapa mandi jum’at seperti mandi janabat…” (HR Bukhori dan Muslim).

3. Menggunakan minyak wangi

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, ”Barangsiapa mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat kemasjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lau sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khutbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya”. (HR Bukhori dan Muslim).

4. Bersegera untuk berangkat ke masjid

Anas bin Malik berkata, ”Kami berpagi-pagi menuju sholat jum’at dan tidur siang setelah sholat jum’at.” (HR. Bukhori). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, ”Makna hadist ini yaitu para shahabat memulai sholat Jum’at pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat dhuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat”Fathul Bari” II/388)

5. Sholat sunnah ketika menunggu imam atau khotib

Abu Huroiroh rodhiyallohu ’anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, ” Barangsiapa mandi kemudian datang untuk sholat jum’at, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khutbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari”. (HR Muslim)

6. Tidak duduk dengan memeluk lutut ketika khotib berkhutbah

Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rosululloh melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat jum’at ketika imam sedang berkhutbah.” (Hasan. HR Abu Dawud, Turmidzi).

7. Sholat sunnah setelah sholat Jum’at

Rosululloh bersabda yang artinya, ”Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat jum’at, maka sholatlah empat rekaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, ”Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rekaat dimasjid dan dua rekaat apabila engkau pulang.” (HR Muslim, Turmudzi).

8. Membaca Surat Al kahfi

Nabi bersabda yang artinya, ”Barangsiapa yang membaca surat Al kahfi pada hari jum’at maka Alloh akan meneranginya diantara dua jum’at”. (HR Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam ketika di hari Jum’at. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah diatas jalan-Nya.
[Di sarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II]

Saturday, September 20, 2008

Panduan Rasulullah saw dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan

Berikut ini ulasan ringkas tentang beberapa petunjuk Nabi SAW., berkenaan dengan aktivitas beliau pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan:

1. Beliau SAW., Bersungguh-sungguh Di Dalam Beribadah

Nabi SAW., menambah frekuensi ibadahnya pada al-'Asyrul Awaakhir (sepuluh hari terakhir) di bulan Ramadhan dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Dan hal seperti ini tidak pernah dilakukannya pada selain hari-hari tersebut. Seluruh hari-harinya dihabiskannya untuk beribadah, berseah diri dan berzikir.

Dalam hal ini, isteri beliau; ummul Mukminin, 'Aisyah RA., menjelaskan, "Rasulullah SAW., sangat bersungguh-sungguh pada al-'Asyrul Awaakhir, sesuatu yang tidak beliau lakukan pada selain hari-hari tersebut." (HR Muslim)

'Aisyah berkata lagi, "Bila memasuki al-'Asyrul Awaakhir, Rasulullah SAW., menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya serta bersungguh-sungguh dan bergiat sekali." (HR Muslim)

Ali bin Abu Thalib berkata, "Bila menginjak al-'Asyrul Awaakhir, Nabi SAW., benar-benar sungguh-sungguh dan tidak meniduri isteri-isterinya."(HR Baihaqi dan dinilai Hasan oleh penahqiq Musnad Imam Ahmad)

2. Melakukan Qiyamul Lail (Shalat Malam)

Qiyamul Lail yang dilakukan oleh beliau pada al-'Asyrul Awaakhir ini memiliki keistimewaan tersendiri, diantaranya:

Bahwa beliau dalam shalatnya tidak melebihi sebelas raka'at, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA., dia berkata, "Rasulullah tidak menambah (raka'at shalatnya) baik di bulan Ramadhan ataupun selainnya melebihi sebelas raka'at." (HR al-Bukhari)

Beliau memanjangkan shalatnya tersebut (melamakan temponya), sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA., ketika ditanya, "Bagaimana shalat Rasulullah di bulan Ramadhan?." Dia menjawab, "Beliau tidak menambah (raka'at shalatnya) baik di bulan Ramadhan ataupun selainnya melebihi sebelas raka'at. Beliau shalat empat raka'at, dan (mengenainya) jangan ditanya bagaimana indah dan panjang (lama)-nya, kemudian shalat empat raka'at lagi, dan (mengenainya) jangan ditanya bagaimana indah dan panjang (lama)-nya, kemudian shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya, 'Wahai Rasulullah! Apakah engkau tidur sebelum shalat witir?, beliau bersabda, "Wahai 'Aisyah! Sesunguhnya kedua mataku ini tidur akan tetapi hatiku tidak tidur." (HR al-Bukhari)

Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh an-Nu'man bin Basyir RA., dia berkata, "Kami melakukan shalat malam bersama Rasulullah SAW., pada bulan Ramadhan, malam ke duapuluh tiga (dan berakhir) sampai sepertiga malam pertama, kemudian kami lakukan lagi bersama beliau malam ke duapuluh lima (dan berakhir) sampai setengah malam, kemudian kami lakukan lagi bersamanya pada malam ke duapuluh tujuh (dan berakhir) sampai kami menyangka bahwa kami tidak mendapatkan sahur karenanya." (HR an-Nasa`iy)

3. Beliau Menyetor (Hafalan) al-Qur'an Kepada Jibril 'alaihissalaam

Diantara hal yang menguatkannya adalah hadits Ibn 'Abbas RA. Di dalamnya terdapat ungkapan, "…Jibril AS., menemui beliau SAW., setiap malam di bulan Ramadhan hingga berakhirnya. Ketika itu, Nabi SAW., menyetor (hafalan) al-Qur'an kepadanya." (HR al-Bukhari).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Fathimah RA., disebutkan sabda beliau (artinya), "…Sesungguhnya Jibril AS., mengetengahkan kepadaku al-Qur'an sekali setiap tahunnya, sedangkan tahun ini berlangsung dua kali." (HR al-Bukhari)

Sabda beliau SAW., "mengetengahkan" dan perkataan Ibnu 'Abbas RA., dalam riwayat yang lain: "(Jibril) membelajarkannya"; mengandung pengertian bahwa terkadang satu dari keduanya membaca dan yang satu lagi mendengarkan, begitu pula sebaliknya." (Lihat: Fathul Bari, VIII, hal. 659)

4. Beliau Amat Tawadhu' dan Menampakkan Kezuhudan

Diantara indikasi yang menguatkannya adalah sebagai berikut:

Mengalirnya air hujan dari atas atap masjid membasahi tempat beliau shalat. Demikian pula, kondisi beliau yang sujud di atas tanah yang bercampur air sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri RA., dia berkata, "lalu langit menjadi mendung pada malam itu kemudian turun hujan membasahi masjid, persis di tempat shalat Nabi SAW., pada malam ke duapuluh satu. Lalu mataku memandangi Rasulullah SAW., dan melihatnya keluar dari shalat shubuh dalam kondisi wajahnya yang penuh dengan lumuran tanah bercampur air." (HR.Bukhari)

Ketika Qiyamul lail, beliau melakukannya di atas sehelai tikar, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA., dia berkata, "Dulu orang-orang melakukan shalat secara terpisah-pisah, lalu Rasulullah SAW., memerintahkanku agar membentangkan sehelai tikar untuknya, lalu beliau shalat diatasnya." (HR Abu Daud, no.1374. Syaikh al-Albany berkata di dalam Shahih Sunan Abi Daud, 'Hasan Shahîh')

Ketika i'tikaf beliau singgah di rumah yang terbuat dari pelepah kurma. (Lihat: hadits Ibn 'Umar, diriwayatkan oleh Ahmad. Penahqiqnya, Syaikh al-Arna`uth berkata, 'Hadits Shahih)

Sedikitnya makanan yang dimakan oleh beliau. (Lihat: hadits Dlumrah bin 'Abdullah bin Unais dari ayahnya, Sunan Abu Daud, no.1379. Syaikh al-Albany mengomentari, 'Hasan Shahih')

5. Beliau Melakukan I'tikaf pada al-'Asyrul Awaakhir


Nabi SAW., beri'tikaf pada al-'Asyrul Awaakhir dari bulan Ramadhan dan memasang tempat khusus baginya di dalam masjid seraya menyendiri untuk menghadap Rabb-Nya meskipun di tengah kesibukan beliau dengan dakwah, tarbiyah, pengajaran dan jihad. Di antara indikasinya adalah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas RA., dia berkata, "Nabi SAW., beri'tikaf pada al-'Asyrul Awaakhir dari bulan Ramadhan." (HR at-Turmuzy, dia berkata, hadits Hasan Shahih. Hadits ini juga dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albany dalam kitabnya Shahih as-Sunan).

6. Beliau Antusias mencari Lailatul Qadr


Malam Lailatul Qadr adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan dan Nabi SAW., antusias dan secara sungguh-sungguh mencarinya dengan menambah frekuensi ibadah beliau melebihi ibadah yang beliau lakukan pada hari-hari lainnya. Di antara hal yang menguatkannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri RA., bahwasanya Rasulullah SAW., bersabda, "Sesungguhnya aku beri'tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam ini (Lailatul Qadr), kemudian aku beri'tikaf lagi pada sepuluh pertengahan, kemudian aku didatangi dan dikatakan kepadaku, 'sesungguhnya ia ada pada sepuluh hari terakhir (al-'Asyrul AwAkhir).' Barangsiapa di antara kamu yang ingin beri'itikaf, maka beri'tikaflah.!" Lalu orang-orangpun beri'tikaf bersama beliau." (HR Muslim)

7. Beliau Tidak Lupa Memperhatikan Para isterinya

Di antara indikasinya adalah:
Pertama, beliau menganjurkan mereka agar banyak-banyak berbuat kebajikan dan amal shalih. Salah satu contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh 'Ali RA., "Bahwasanya pada al-'Asyrul Awaakhir dari bulan Ramadhan Nabi SAW., membangunkan keluarganya (untuk shalat malam)." (HR at-Turmuzy, dia berkata, hadits Hasan Shahih)

Kedua, beliau pernah tidak beri'tikaf Ramadhan dalam setahun untuk menjaga perasaan isteri-isteri beliau dan menghilangkan kekhawatiran akan tumbuhnya persaingan tidak sehat di antara mereka lantaran cemburu. (HR al-Bukhari)

Ketiga, beliau mengajak mereka berbicara sekali waktu saat beliau berada di peri'tikafannya. (Shahih Bukhari, hadits no. 6219, 2038)

Keempat, beliau mengizinkan mereka beri'tikaf bersama beliau (dengan memasang tempat khusus bagi kaum wanita dalam masjid Nabawi). (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 2035, 2045)

8. Beliau SAW., Tetap Memberikan Bimbingan Agama Kepada Manusia

Nabi SAW., mengarahkan manusia dan mengajak mereka untuk mengerjakan amal shalih. Indikasinya, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri RA., di dalamnya terdapat, "… Kemudian beliau bersabda, 'Aku menghidupkan sepuluh pertama Ramadhan (dengan ibadah), kemudian telah tampak olehku agar melakukannya lagi pada al-'Asyrul Awakhir; barangsiapa yang ingin melakukan i'tikaf bersamaku maka hendaklah dia mantap di peri'tikafannyanya. Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku (sesuatu) pada malam ini namun kemudian aku dilupakan (untuk mengingatnya); oleh karena itu, carilah ia pada sepuluh hari terakhir (al-'Asyrul Awaakhir), dan carilah ia pada setiap tanggalnya yang ganjil." (HR al-Bukhari)

9. Beliau SAW., Tetap Memberikan Fatwa Kepada Orang Yang Memintanya

Indikasinya; sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Dhumrah bin 'Abdullah bin Anis dari ayahnya, dia berkata, [didalamnya terdapat,] "Beliau bersabda (kepadanya), "sepertinya kamu punya keperluan.?" Dia menjawab, 'ya, sekelompok kaum dari Bani Salamah mengutusku kepadamu untuk menanyakan malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda, "Tanggal berapakah malam ini.?" Dia menjawab, 'duapuluh dua.' Beliau bersabda, "Ia (malam Lailatul Qadr) ada pada malam ini." Kemudian dia pulang dan berkata, yakni (maksud ucapan Nabi SAW., tersebut adalah-red) malam yang akan datang ini, yaitu malam kedua puluh tiga" (HR Abu Daud dan dinilai Hasan Shahih oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Shahih as-Sunan).

10. Beliau SAW., Menempatkan Dirinya Sebagai Qudwah (Panutan) Bagi Manusia

Di antara indikasinya:
Pertama, beliau pergi ke masjid untuk melakukan shalat malam bersama orang-orang, sebagaimana dalam hadits 'Aisyah RA., 'bahwasanya Rasulullah SAW., pada suatu malam keluar saat tengah malam, lalu beliau melakukan shalat di masjid, kemudian beberapa orang mengikuti shalat beliau…" (HR Bukhari)

Kedua, beliau i'tikaf untuk mencari dengan sungguh-sungguh Lailatul Qadr dan mengajak manusia untuk melakukan hal itu. (Lihat: Shahih Muslim, hadits no. 1167)

11. Kasih Sayang Beliau SAW., Terhadap Umatnya

Di antara yang menguatkan hal itu adalah:
Pertama, beliau melarang para shahabatnya untuk melakukan puasa wishal (terus menerus tiap hari) sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada mereka. Dalam hal ini, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA., dia berkata, "Rasulullah SAW., melarang Wishal (puasa terus menerus tiap hari) karena kasih sayang beliau terhadap mereka. Lantas mereka berkata, 'Akan tetapi engkau melakukan wishal.?' Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak seperti (kondisi) kalian; sesungguhnya aku diberi makan oleh Rabb-ku." Dan ketika ada sebagian mereka yang ngotot untuk melakukan itu, beliau SAW., memberikan peringatan dan mencela tindakan mereka tersebut namun ketika sebagian lagi tak mempan dengan peringatan melalui kata-kata, beliau memberikan mereka sanksi dan hal ini beliau lakukan semata-mata karena takut nantinya akan menyusahkan diri mereka sendiri. (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 1964 dan Shahih Muslim, hadits no. 1105, 1104)

Kedua, beliau tidak shalat malam bersama para shahabatnya secara jama'ah karena khawatir nantinya hal itu akan diwajibkan terhadap mereka. (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 1129)

12. Perintah Beliau SAW., Agar Orang-Orang Meneluarkan Zakat Fithrah

Indikasinya adalah hadits yang diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Tsa'labah RA., dia berkata, "Rasulullah SAW., telah berkhuthbah di hadapan manusia sehari atau dua hari sebelum hari Raya 'Iedul Fithri, lalu bersabda, "Keluarkanlah satu sha' burr atau qamh (keduanya merupakan jenis gandum) antara dua orang atau satu sha' kurma atau satu sha' sya'ir (sejenis gandum juga) untuk setiap orang; kecil maupun tua." (HR Abu Daud dan 'Abdurrazzaq –lafazh hadits ini berasal darinya; dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

13. Beliau Mewakilkan Sebagian Tugasnya Kepada Para Shahabat

Di antara indikasinya adalah perkataan Abu Hurairah RA., "Rasulullah SAW., mewakilkan kepadaku untuk menangani zakat Ramadhan, lalu seseorang datang kepadaku sembari memberi sedikit makanan dan aku mengambilnya, kemudian aku berkata: 'aku akan mengadukan hal ini kepada Rasulullah SAW.," (HR Bukhari)

Sumber : diambil dari email sahabat Haji MAqdis

Thursday, April 3, 2008

Munajat Cinta

"Ya Allah, aku memohon curahan cinta-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu, serta memohon curahan amal yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Allah, jadikan kecintaan kepada-Mu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaan pada diri sendiri dan keluargaku" (HR.Tirmidzi)

Wednesday, October 10, 2007

Pasukan Zakat Fitrah Romadlan 1428


Pasukan zakat fitrah siap megumpulkan dan mendistribusikan zakat fitrah ke lingkungan bumi asri. Penduduk miskin di sekitar bumi asri cukup banyak tersebar di RW 6, RW 7 dan RW 2 B Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimenyan.
Zakat yuuk, romadlan sebentar lagi selesai.
Selamat Hari raya Idul Fitri 1428 H Taqabballhu Minna Waminkum, Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita di bulan Romadlan. Mohon maaf lahir dan bathin.

Tuesday, October 2, 2007

Bazar Romadlan


Dipilih..dipilih..dipilih..
Murah-murah...murah-murah harga 10.000 tiga 10.000 tiga.
Korting habis-korting-habis
Belanja sambil beramal..

Itu kira-kira promosi ibu-ibu pengajian Nur Soffa untuk mempromosikan dagangannya di Bazar bulan Romadlan.

Setiap tahun di bulan Romadan ibu-ibu pengajian Nur Soffa melaksanakan bazar murah. Lebih tepatnya bazar amal karena tidak mendapatkan untung tapi bertujuan membagi-bagi kebagagian kepada sesama saudara muslim. Barang dagangan dikumpulkan dari jamaah yang bersedekah baju-baju, tas, sepatu dll barang layak pakai.

Kenapa dijual ? Maksudnya untuk mendidik, bahwa saudara kita yang kurang mampu ternyata juga berinfak, karena hasil penjualannya nanti akan diinfakkan dan disedekahkan lagi dalam bentuk parsel lebaran.

Subhannallah, ini dalam ilmu ekonomi katanya efek multiplier, efek pengganda atau efek berantai... atau ini yang dikatakan dalam Qur'an dari satu biji tumbuh 7 batang kemudian setiap batang tumbuh 100 bulir padi atau berlipat ganda hingga 700 kali. Apalagi ini bulan romadlon, pelipat gandanya tidak terhitung barangkali..Allahu Akbar.

Burun yuuk, kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Ibu-ibu Nur Soffa telah memberi contoh kebaikan. Semoga Allah ridlo dan mencatat setiap kebaikan kita dan melipatk gandakan amalan kita hingga memenuhi timbangan kita di Akherat kelak. Amiin.




Friday, September 14, 2007

Bayar Zakat yuuk !

Foto ini adalah kegiatan tim buser pemburu dan pendistribusi zakat Masjid kita Romadlan 1427. Setahun telah berlalu, kita telah ketemu Romadlan 1428. Mari kita siap-siap hitung kewajiban zakat mal (harta) kita yang 2,5 % dan tentunya kewajiban zakat fitrah. Kita perlu ingat bahwa didalam harta kita terdapat hak-hak fakir, miskin, muallaf, fisabilillah dll.
Panitia zakat sudah siap ? semoga penerimaan zakat kita tahun ini bisa naik agar semakin banyak kegiatan dan amalan sholeh bisa kita lakukan.
Zakat sebagai salah satu indikator keberhasilan dakwah masjid kita, semakin tinggi zakat Insya Allah semakin meningkat kualitas keimanan kampung kita.
Semoga Allah bukakan hidayah kita semua untuk dapat menyisihkan harta kita karena panggilan Allah untuk membayar zakat.
Semoga Allah ridlo, Allah turunkan berkah dan rahmat Nya serta lindungi kampung kita dari fitnah dan bencana. Amin...